Cerpen

Secercah Nyata Harapan Indah
By: Nafik


Namanya Fani Ratnasari, ia merupakan mahasiswa semester lima di Institut Seni Indonesia Solo, meskipun ia dikenal sebagai sosok yang cuek, jutek, dan bomatnya tetapi ia meluangkan banyak waktu untuk bergelut didunia seni, tak ada waktu lenggang yang terbuang sia-sia bagi Fani, pagi sampai sore dihabiskan untuk belajar dikampus, malam hari dihabiskan untuk bekerja disalah satu kedai kopi dekat kostnya. Tergolong cewek cantik tapi tomboy dalam bertingkah laku, kulit sawo matang, rambut selalu dikucir.
Namun Fani merupakan salah satu mahasiswa aktif dikampusnya, seperti mengikuti organisasi, sangat antusias dalam menjalankan tugasnya sebagai koordinator devisi sosial, selain itu ia juga mengikuti UKM teater dan pencak silat, karena ia sangat menyukai dunia seni apapun itu. Fani juga aktif dikelasnya diantara teman-temannya, kritis, serta tidak mudah puas dengan pengetahuannya.

Jarum jam menunjukkan pukul 08.30 WIB, Fani bergegas berangkat kampus dengan menaiki sepeda motor vespa klasik tak lupa dengan sweater kesukaan warna merah bata yang ia kenakan serta helm bogo hitam, jarak kost dengan kampus tidak begitu jauh hanya memerlukan waktu 15 menit untuk sampai ke kampus.

Tiba dikampus pukul 08.45, langsung memakirkan motor, Fani berjalan santai menuju kelas yang berada dilantai 3, ditengah perjalanan menuju kelas tiba-tiba disenggol oleh sosok laki-laki dari belakang yang tak dikenalnya mungkin dari fakultas lain, “ih nyebelin banget sih”, gumam Fani dalam hati, kemudian laki-laki tadi meminta maaf kepada Fani sambil menjabat tangan, namun dihiraukannya.

Sampe dikelas pukul 08.50 masih ada 10 menit untuk bersantai sambil membuka lembaran makalah, karena hari itu gilirannya maju untuk presentasi. 10 menit kemudian jam 09.00 pertanda dosen akan segera datang.
“ hei ges, hari ini kosong karena pak Ali lagi keluar kota”, kata Umam komting dikelasnya, “tapi kita dikasih tugas bikin video mengenai kesenian dikumpul minggu depan” sambung Umam.

 Hari itu Fani Cuma kuliah satu mata kuliah saja, yang seharusnya hari itu kuliah sampe jam 10.30 namun seperti biasa tak langsung pulang, Fani menuju gazebo sudah ditunggu teman-teman seorganisasiannya karena hari itu adalah hari rabu dimana kumpul rutinan mingguan per devisi. Sebagai koordinator ia harus mengarahkan serta membimbing anggotanya. Beberapa menit kemudian awan berwarna hitam keabu-abuan diiringi angin kencang menghamburkan dedaunan menghampiri sederetan gazebo pertanda akan turun hujan, bergegas Fani dan anggotanya pindah menuju lobi untuk meneruskan rapatnya. Satu jam kemudian menunjukkan jam 12.00 WIB hujan sudah reda rapatpun diselesaikan. Menuju ke basecamp teater seperti biasa dipenuhi suara guyonan, suara getar, ketika Fani masuk basecamp tak sengaja ketemu laki-laki yang menyenggolnya tadi pagi, namun tak digubrisnya.

Menjelang sore ia bergegas pulang karena ada urusan diluar kampus sampai maghrib iapun pulang ke kost untuk istitrahat, mandi, makan, prepare berangkat kerja. Sesaat kemudian sampai dikedai kopi tempat kerjanya, bekerja sambil belajar tak membuatnya masalah sama sekali. Sembari mengganti per halaman buku, datang laki-laki dan wanita yang hendak memesan kopi, tak disengaja ternyata mereka adalah teman semasa SMA Fani,
“Fani”, sorak kedua remaja tadi,
“Eh Rere Andi, kalian ngapain sampai sini”, “kami kebetulan lagi berlibur karena kerja kami lagi diliburkan empat hari, dan kami berdua memutuskan untuk berlibur disini tak sengaja ada kamu Fan disini, kami bener-bener nggak tau loh kalo kamu kuliah disini”, Rere dan Andi itu teman semasa SMA nya. Mereka bertiga banyak bertukar cerita dan pengalaman sampai tak terasa larut malam akhirnya keduanya pamit.
“Fan, kita pulang dulu ya mau istirahat hehe”, kata Rere,
“ oh iya selamat berlibur ya kalian, btw terimakasih udah mampir disini jangan lupa kapan-kapan kesini lagi”, sambung Fani,
“siyap” balas mereka berdua.
 Fani juga bergegas pulang untuk istirahat karena besok harus berangkat kuliah pagi.
Seperti biasa berangkat kampus tetapi hari ini masuk jam setengah delapan, setiba dikampus ia dapat info dari teman-temannya lomba pencak silat tingkat umum, mereka semua sangat mendukung Fani,
“ eh Fan lu harus ikut lomba silat nih pasti lu jagoan menang dah”, kata salah satu teman kelasnya,
“ wah seneng bat gua, oke  gua bakal ikut ni lomba, lu doain gua menang ye”,
“siyap Fan kita bakal dukung lu”,
“makasih ye semua atas info dan dukungannya”. Ia sangat senang bisa ikut lomba silat, “ gak sabar nih, gua harus latihan lebih rajin lagi, gua pasti menang” batin Fani dalam hati.

Hari terus berlalu, Fani tak pernah lelah latihan, hingga tiba disuatu hari yang ditunggu-tunggu Fani, teman-temannya hadir diperlombaan untuk mendukung dan memberi semangat untuknya. Terlihat semangat saat pemanasan, tiba sampai namanya, Fani Ratnasari dipanggil ke area pertandingan,
“Fani semangat”,
“pasti bisa ayo,ayo Fani wuuuuu”, sorakan teman-temannya.
Pertandingan dimulai, ronde pertama berhasil dimenangkan olehnya, lanjut ronde kedua kebobolan angka dimenangkan lawannya.
 “ah ayo Fan ayo Fan semangatt yoh semangat” sorak teriakan teman-temannya, dironde terakhir sigap semangat,
 “kali ini gaboleh kebobolan lagi, gua harus menang”, berkata pada diri sendiri.
Juri menyerukan peluit pertanda ronde terakhir berlangsung, dua menit kemudian Fani mengalami cidera dilututnya.
“yah ayo Fan tetep semangat sedikit lagi ayoayo semangat” dukungan untuknya menjadikan semangat berkobar untuk dirinya sendiri,
“gua gaboleh patah semangat, meskipun hanya cidera sedikit pasti bisa”, ujar dalam hati.

Pertandingan dilanjutkan untuk babak terakhir, dan akhirnya Fani berhasil membobol angka kemenangan hari itu. Juri memegang kedua tangan kanan dan kiri dari peserta lomba tersebut, lalu juri mengangkat tangan Fani pertanda perlombaan dimenangkan Fani. “yes Fani menang, wuhhh” suara teman-teman Fani sambil bertepuk tangan.

Setelah pengumuman kemenangan, Fani maju ke depan untuk maju menerima medali dan piala serta hadiah lainnya. Kemudian teman-temannya menghampirinya untuk mengucapkan selamat atas keberhasilannyaSecercah Nyata Harapan Indah
Namanya Fani Ratnasari, ia merupakan mahasiswa semester lima di Institut Seni Indonesia Solo, meskipun ia dikenal sebagai sosok yang cuek, jutek, dan bomatnya tetapi ia meluangkan banyak waktu untuk bergelut didunia seni, tak ada waktu lenggang yang terbuang sia-sia bagi Fani, pagi sampai sore dihabiskan untuk belajar dikampus, malam hari dihabiskan untuk bekerja disalah satu kedai kopi dekat kostnya. Tergolong cewek cantik tapi tomboy dalam bertingkah laku, kulit sawo matang, rambut selalu dikucir. Namun Fani merupakan salah satu mahasiswa aktif dikampusnya, seperti mengikuti organisasi, sangat antusias dalam menjalankan tugasnya sebagai koordinator devisi sosial, selain itu ia juga mengikuti UKM teater dan pencak silat, karena ia sangat menyukai dunia seni apapun itu. Fani juga aktif dikelasnya diantara teman-temannya, kritis, serta tidak mudah puas dengan pengetahuannya.
Jarum jam menunjukkan pukul 08.30 WIB, Fani bergegas berangkat kampus dengan menaiki sepeda motor vespa klasik tak lupa dengan sweater kesukaan warna merah bata yang ia kenakan serta helm bogo hitam, jarak kost dengan kampus tidak begitu jauh hanya memerlukan waktu 15 menit untuk sampai ke kampus. Tiba dikampus pukul 08.45, langsung memakirkan motor, Fani berjalan santai menuju kelas yang berada dilantai 3, ditengah perjalanan menuju kelas tiba-tiba disenggol oleh sosok laki-laki dari belakang yang tak dikenalnya mungkin dari fakultas lain, “ih nyebelin banget sih”, gumam Fani dalam hati, kemudian laki-laki tadi meminta maaf kepada Fani sambil menjabat tangan, namun dihiraukannya. Sampe dikelas pukul 08.50 masih ada 10 menit untuk bersantai sambil membuka lembaran makalah, karena hari itu gilirannya maju untuk presentasi. 10 menit kemudian jam 09.00 pertanda dosen akan segera datang. “ hei ges, hari ini kosong karena pak Ali lagi keluar kota”, kata Umam komting dikelasnya, “tapi kita dikasih tugas bikin video mengenai kesenian dikumpul minggu depan” sambung Umam. Hari itu Fani Cuma kuliah satu mata kuliah saja, yang seharusnya hari itu kuliah sampe jam 10.30 namun seperti biasa tak langsung pulang, Fani menuju gazebo sudah ditunggu teman-teman seorganisasiannya karena hari itu adalah hari rabu dimana kumpul rutinan mingguan per devisi. Sebagai koordinator ia harus mengarahkan serta membimbing anggotanya. Beberapa menit kemudian awan berwarna hitam keabu-abuan diiringi angin kencang menghamburkan dedaunan menghampiri sederetan gazebo pertanda akan turun hujan, bergegas Fani dan anggotanya pindah menuju lobi untuk meneruskan rapatnya. Satu jam kemudian menunjukkan jam 12.00 WIB hujan sudah reda rapatpun diselesaikan. Menuju ke basecamp teater seperti biasa dipenuhi suara guyonan, suara getar, ketika Fani masuk basecamp tak sengaja ketemu laki-laki yang menyenggolnya tadi pagi, namun tak digubrisnya. Menjelang sore ia bergegas pulang karena ada urusan diluar kampus sampai maghrib iapun pulang ke kost untuk istitrahat, mandi, makan, prepare berangkat kerja. Sesaat kemudian sampai dikedai kopi tempat kerjanya, bekerja sambil belajar tak membuatnya masalah sama sekali. Sembari mengganti per halaman buku, datang laki-laki dan wanita yang hendak memesan kopi, tak disengaja ternyata mereka adalah teman semasa SMA Fani, “Fani”, sorak kedua remaja tadi, “Eh Rere Andi, kalian ngapain sampai sini”, “kami kebetulan lagi berlibur karena kerja kami lagi diliburkan empat hari, dan kami berdua memutuskan untuk berlibur disini tak sengaja ada kamu Fan disini, kami bener-bener nggak tau loh kalo kamu kuliah disini”, Rere dan Andi itu teman semasa SMA nya. Mereka bertiga banyak bertukar cerita dan pengalaman sampai tak terasa larut malam akhirnya keduanya pamit “Fan, kita pulang dulu ya mau istirahat hehe”, kata Rere, “ oh iya selamat berlibur ya kalian, btw terimakasih udah mampir disini jangan lupa kapan-kapan kesini lagi”, sambung Fani, “siyap” balas mereka berdua. Fani juga bergegas pulang untuk istirahat karena besok harus berangkat kuliah pagi.
Seperti biasa berangkat kampus tetapi hari ini masuk jam setengah delapan, setiba dikampus ia dapat info dari teman-temannya lomba pencak silat tingkat umum, mereka semua sangat mendukung Fani, “ eh Fan lu harus ikut lomba silat nih pasti lu jagoan menang dah”, kata salah satu teman kelasnya, “ wah seneng bat gua, oke  gua bakal ikut ni lomba, lu doain gua menang ye”, “siyap Fan kita bakal dukung lu”, “makasih ye semua atas info dan dukungannya”. Ia sangat senang bisa ikut lomba silat, “ gak sabar nih, gua harus latihan lebih rajin lagi, gua pasti menang” batin Fani dalam hati. Hari terus berlalu, Fani tak pernah lelah latihan, hingga tiba disuatu hari yang ditunggu-tunggu Fani, teman-temannya hadir diperlombaan untuk mendukung dan memberi semangat untuknya. Terlihat semangat saat pemanasan, tiba sampai namanya, Fani Ratnasari dipanggil ke area pertandingan, “Fani semangat”, “pasti bisa ayo,ayo Fani wuuuuu”, sorakan teman-temannya. Pertandingan dimulai, ronde pertama berhasil dimenangkan olehnya, lanjut ronde kedua kebobolan angka dimenangkan lawannya”, “ah ayo Fan ayo Fan semangatt yoh semangat” sorak teriakan teman-temannya, dironde terakhir sigap semangat, “kali ini gaboleh kebobolan lagi, gua harus menang”, berkata pada diri sendiri. Juri menyerukan peluit pertanda ronde terakhir berlangsung, dua menit kemudian Fani mengalami cidera dilututnya, “yah ayo Fan tetep semangat sedikit lagi ayoayo semangat” dukungan untuknya menjadikan semangat berkobar untuk dirinya sendiri,
“gua gaboleh patah semangat, meskipun hanya cidera sedikit pasti bisa”, ujar dalam hati.

Pertandingan dilanjutkan untuk babak terakhir, dan akhirnya Fani berhasil membobol angka kemenangan hari itu. Juri memegang kedua tangan kanan dan kiri dari peserta lomba tersebut, lalu juri mengangkat tangan Fani pertanda perlombaan dimenangkan Fani. “yes Fani menang, wuhhh” suara teman-teman Fani sambil bertepuk tangan. Setelah pengumuman kemenangan, Fani maju ke depan untuk maju menerima medali dan piala serta hadiah lainnya. Kemudian teman-temannya menghampirinya untuk mengucapkan selamat atas keberhasilannya.
 “selamat ya Fani kamu hebat, jangan lupa traktir kita haha”, guyon Umam serta teman-temannya, tak lupa teman seorganisasiannya yang ikut mendukungnya.
“puji syukur Tuhan Yesus memberkati, terimakasih Tuhan”, Fani meneteskan air matanya tak menyangka kemenangan ada ditangannya.
 “selamat ya Fani kamu hebat, jangan lupa traktir kita haha”, guyon Umam serta teman-temannya, tak lupa teman seorganisasiannya yang ikut mendukungnya.
“puji syukur Tuhan Yesus memberkati, terimakasih Tuhan”, Fani meneteskan air matanya tak menyangka kemenangan ada ditangannya.

Comments

Popular posts from this blog

Divisi Jurnalistik HMPS KPI Berhasil meluncurkan Web baru: CommsLib Hadir Untuk Akses Tak Terbatas Melalui Perpustakaan Digital

FAKULTAS DAKWAH UIN SALATIGA GELAR PELANTIKAN ORMAWA PERIODE 2024

PEMBEKALAN KKL (KULIAH KERJA LAPANGAN) KPI&PMI